Hujjatul Islam Sheikh Bahauddin al-Jubouri, seorang ulama Syiah Irak dan ahli agama yang tinggal di Australia, dalam sebuah wawancara dengan IQNA bertepatan dengan tiga Sya'ban dan hari kelahiran Imam Husein (as), mengatakan tentang faktor-faktor stabilitas dan keabadian kebangkitan Huseini dan dampaknya terhadap kelangsungan hidup Islam: “Kebangkitan Imam Husein (as) menyebabkan kebangkitan nilai-nilai Islam dan kelanggengan Syariah. Dalam sebagian surat Imam kepada saudaranya Muhammad Ibn Hanafiyyah pada malam keberangkatannya dari Madinah, disebutkan: Sesungguhnya aku tidak bangkit untuk kepentingan pribadi dan karena hawa nafsu. Tidak juga untuk melakukan kerusakan. Aku melakukan ini demi memperbaiki umat kakekku. Aku ingin melaksanakan perintah amar makruf dan nahi munkar. Aku ingin mengikuti teladan dari perilaku kakek dan ayahku, Ali bin Abi Thalib (as). Jadi barang siapa yang menerimaku karena kebenaran, maka sesungguhnya Allah lebih pantas dengan kebenaran, dan barang siapa yang menolakku, aku akan menunggu sampai Allah, yang merupakan hakim terbaik, menjadi hakim antaraku dan orang-orang itu.”
Dia menyebutkan alasan keabadian kebangkitan Huseini dalam lima kasus dan berkata: Pertama, kebangkitan Huseini adalah kebangkitan Ilahi dan kesinambungan jalan para nabi dari Adam sampai Khatam (saw) dan itu juga ditekankan dalam ziarah Waris. Alasan kedua adalah tujuan kemanusiaan yang tinggi dan komprehensif dari kebangkitan Imam Husein (as) dan bukan hanya tujuan manusia dari kebangkitan ini. Alasan ketiga adalah bahwa para pemuda yang ikut andil dalam kebangkitan Huseini telah menghapuskan etnosentrisme dan menonjolkan dimensi kemanusiaan dan budaya, sehingga dalam kebangkitan ini, tua-muda, besar-kecil, perempuan dan bayi hadir, dan ini membedakannya dengan kebangkitan-kebangkitan dunia lainnya di masa itu.
Ulama Syiah Irak menambahkan, alasan keempat kelangsungan kebangkitan Huseini tetap dalam bentuk keberanian, perjuangan suci, stabilitas dan ketahanan tak tertandingi dalam sejarah kemanusiaan dan peran perempuan selama dan setelah kebangkitan ini dapat dianggap sebagai alasan kelima untuk keabadiannya, karena wanita dan yang selamat menampilkan manifestasi-manifestasi dari kebangkitan Imam dan kejadiannya, serta pengorbanan diri dan keberanian laki-laki dari kebangkitan ini dan kedalaman penderitaan, penindasan dan kekejaman musuh, kekafiran dan keterasingan mereka dari Islam dan prinsip-prinsipnya. (hry)