IQNA

Oleh Pakar Agama; Kritik terhadap Klaim yang Dipaparkan dalam Buku "Legenda Alquran"

9:56 - March 26, 2024
Berita ID: 3479825
IQNA - Dalam sebuah artikel, Hujjatul Islam wal Muslimin Seyyed Hossein Razavi menanggapi klaim yang dibuat oleh seseorang dengan nama samaran "Dr. Saha" yang bertujuan untuk menyindir ketidakilahian Alquran.

Menurut Iqna, Hujjatul Islam wal Muslimin Seyyed Hossein Razavi, pakar ilmu agama, menjawab keraguan bahwa Alquran tidak ilahi dalam artikel yang ia sampaikan dalam pertemuan khusus Pameran Alquran Internasional pada malam, 23 Maret. Sebuah isu yang diangkat oleh seseorang dengan julukan "Dr. Saha".

Pada sebagian artikelnya disebutkan: Mitologi atau takhayul cerita-cerita Alquran mempunyai sejarah yang panjang dan dimulai sejak masa turunnya Alquran. Pada era yang sama, sebagian orang dengan tujuan mengingkari keaslian Alquran dan risalah Nabi (saw), menyebut ayat-ayat Alquran sebagai "Asatirul Awwalin: Kisah Orang Dahulu".

Opini ini terus berlanjut hingga di era kontemporer dan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, yang biasanya bertumpu pada pandangan dunia empiris, pandangan mistis terhadap kisah-kisah yang terdapat dalam teks suci, termasuk Alquran, semakin menguat.

Tujuan menyajikan pandangan ini adalah untuk membuktikan ketidakilahian Alquran. Berkenaan dengan hal ini, Dr Saha juga mengatakan dalam pengantar Surat 17 (Legenda Alquran): “Sebagian besar isi Alquran diambil dari lingkungan pada zaman Muhammad dan terkadang Muhammad melakukan perubahan kecil di dalamnya. Para sesepuh Mekkah, yang merupakan saudagar-saudagar besar dan melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tentu saja mengetahui legenda berbagai bangsa, mengatakan bahwa Alquran adalah legenda zaman dahulu, dan ini adalah pernyataan yang benar.”

Menanggapi usulan pandangan tersebut, ketika menganalisis konsep “mitos” dan isu-isu terkait, Razavi memberikan contoh kritik Dr Saha terhadap Alquran: Salah satu kisah Alquran yang dikritik Saha dalam bab 17 (Legenda Alquran) Ini adalah kisah badai Nuh (as). Dalam hal ini, ia mengatakan: “Kisah Nuh adalah legenda buatan manusia yang disebutkan dalam dokumen arkeologi sebelum Taurat dan disebutkan dalam Taurat dan kemudian masuk dalam Alquran.”

Menanggapi klaim tersebut, ia mencoba menyelidiki dan menganalisis kepalsuan klaim tersebut dari tiga aspek mitologi, geologi dan arkeologi dengan menyatakan bukti dan tanda-tanda, dan ia menekankan hal itu bertentangan dengan klaim Dr Saha berdasarkan fakta bahwa tidak ada dokumen atau bukti sejarah, geografis dan arkeologi dari kisah-kisah Alquran, keberadaan kisah-kisah tersebut dalam Alquran, yang keasliannya dapat dibuktikan melalui ucapan mukjizat, dengan sendirinya merupakan dokumen yang tidak dapat diganggu gugat, dan di samping itu, terbukti dalam sampel yang diperiksa (banjir Nuh as) bahwa bukti-bukti tersebut dapat disajikan dari sudut pandang mitologis dan geologis. (HRY)

 

4206952

Kunci-kunci: Pakar Agama ، kritik ، klaim ، Alquran  ، legenda-legenda
captcha